Ini jelaga hitam yang mengusung perapian sejarah. Membuat petak-petak ceritanya sendiri. Yang memasung untuk diam dan melihat titik-titik. Oh betapa indah jelaga. Ku bisa diam dan tak berkaca lagi. Sebab berkaca makin bingunglah karena hitam dimana-mana.
Oi, duka. Jika lara adalah pecut untuk lari darimu. Maka pecutlah aku kuat-kuat. Rangkul lah aku dengan kesakitan mendera. Biar makin sedih, dan keram bibir ini oleh teriak sakit. Tapi esok mungkin kan santai ku senyumi dunia : sebebas kenari meliuk pada sebuah klausul dunia.
Oi, awan. Jika hujan adalah isyarat. Maka cepat kirimi petir kuat-kuat. dan aku tak akan lari. Jutaan volt yang kau aliri biar ku teruskan ke bumi. Maka nanti aku tak lagi berbaring lemah. Berdiri, menerjang badai berputar-putar sekalipun.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home