Sejarah dan Anak Muda

Dunia muda konon selalu asyik untuk dijaring. Sekolah, kuliah terlalu rumit untuk cuma dijadikan tempat belajar. Makin menarik jika dijadikan tempat bermenung-menung, menimba kenangan. Disini mungkin tidak akan merubah apa-apa kecuali: sejarah, anak muda dan cinta.

Monday, February 26, 2007



Biarkan Aku

Biarkan aku mengenali cinta dengan kesederhanaan
Menyayangi dengan kerendah-hatian
Maka terimalah cinta ini
Dengan kesadaran; bahwa kita adalah pendosa
Yang mudah alpa dan gelap mata.

Biarkan aku mencintai dalam keheningan
Dalam ketakjuban.
Maka terimalah pengakuan ini:
Telah kukenali cinta.

Maka dengan kesederhaannya,
Biarkan aku menyanyangimu sepanjang masa.


Tidak saat ini.

Tidak untuk nanti.

Labels:

Wednesday, February 21, 2007


Dari suatu masa

Ku ceritakan nanti padamu di suatu masa:
berkejaran dengan keinginan yang ganjil
ternyata melelahkan
dan aku berlutut lelah
mengunci pintu kamar dan tak ingin lapuk
duduk menunggu
dalam lukisan yang tak pernah lengkap.

Di suatu masa adakah kita berjanji lagi untuk bertemu:
mungkin aku sudah begitu ringkih dan rapuh
setia menunggui layar yang belum juga dihias
duduk diam seperti menunggui drama teather dimulai
dan ada kau memainkan lakon paling melankolis

Di suatu masa kau mungkin lupa janji bertemu:
aku pun mungkin sudah alpa
tapi hidup bermodal harapan dan kesetiaan
konon selalu asyik untuk dijaring
betapapun kau mungkin sudah tak jelas
dimana rimbanya.

Thursday, February 08, 2007

Catatan cinta seorang mahasiswa yg ditemukan dalam tong sampah di depan Laboratorium Bio-Kimia


Aku, Mahluk egois ini bukanlah apa2.
Anggaplah Cuma sampah yang membusuk dan nanti tak meninggalkan apa-apa.
Cuma seorang musafir yang membawa anjing kecil berkelana.
Anggap lah aku Cuma fatamorgana bersama debu dipadang nan tandus.
Aku toh, Cuma serpihan saja di atmosfer cinta mu yang luas dan tak punya tepi.
Aku sudah pernah mati berkali-kali,
Pernah kamu tikam dengan belati kedukaan,
maka akan begitu juga nanti aku.

Aku, apapun yang kau anggap nanti,
Cuma sampah yang bertumpuk seperti saat pagi-pagi
Kau buka jendela dan melihat daun-daun berserakan dihalaman.
Musti kau timbun,
Atau kau sulut dengan api.


Aku, ya memang Cuma mahluk egois.
Lalu,
Apa yang diharapkan lagi dari orang-orang tanpa belas kasih ini?

Aku, biarlah nanti,
Cuma menjadi sebuah vas bunga retak
Yang lebih baik kau pecahkan.
Dari Cuma sekedar diam tanpa keindahan apa-apa.

Aku, toh. Cuma satu jenis bangsat yang egois.
Yang egois
Yang egois.
Yang egois
.

Catat dalam-dalam Aku Cuma egois.
Ya, kan?
Egois yang menggangu tidur kamu lagi, lagi dan lagi.
Maka jangan mimpi tentang mahluk egois.
Cari diluar sana, A.
Mahluk yang punya seribu sayap untuk kamu bernaung.
Untuk kamu berteduh,
Dan tidur sembari mimpi tentang apapun yang indah..

Senja 2

Daun-daun berguguran di taman kampus
bersama debu menuliskan jejaknya pada
sajak ku.

Dipelataran kampus petang ini,
senja mengemas di kantung jaketku
meninggalkan cerita yang belum sempat ku tuliskan pada
dunia.

Merpati-merpati singgah sebentar
membawa sebuket bunga
lalu pergi meninggalkan sepi yang ngilu
didada ku.

Wednesday, February 07, 2007


Adalah sajak

sajak tentang bayang mu
berpijar di mana-mana
angkutan kota
keramaian
penjual bunga
di mana-mana
di mata orang-orang yang berteduh saat hujan
di pinggir sungai ciliwung
di batu-batu sungai
berbentur bayangan

matamu adalah sajak itu sendiri
bangun dalam kesendirian
berlarian
antara siang-senja dan malam
di manapun kusinggah
kendaraan
angkutan
kereta
bus kota
ada kata-kata
menjelma kamu
dan sajak tentang kita

Berhenti di manapun
jika kau ingin berhenti
menulis sajak
atau termenung

Sajak-sajak adalah mimpimu sendiri
yang terkumpul
dan bermain-main
sehingga nyata

adalah mungkin
cuma mimpi itu sendiri

adalah mungkin
kumpulan sajak
yang tak pernah berhenti

Monday, January 23, 2006


Mengapa sibuk memilih cerita?
sedang dalam dada mu penuh hikayat
dan dendang seorang petualang?

Saturday, May 28, 2005



IPB 2005

ku curi gelisah di perpustakaan mu yang penuh debu
Dan akhirnya tahu:
hidup cuma lelah menunggu

Saturday, January 08, 2005


Seteguk Kopi Rolet
Untuk: Musliyadi Mukhsin, sahabat asal Aceh Besar

Mus, bagamaimana nikmat kopi rolet di Rex
seperti kau sebut dalam omong besar mu, tu?

Atau nikmat ngobrol sampai lelah di Meunasah?

Entah, apakah saat aku tercengang cerita dari mulut apak mu
tentang Aceh, Baiturrahman, dan Lapangan Rex dulu
pernah ku janjikan akan berkunjung pula?
Karena terbayang manis geliat Rolet di ujung bibir

Mus, ini 28 Desember.
Dimana kau saat ini,
ketika seharusnya kita menatap OHP diruang kuliah
d bangku belakang?

Mus aku gagap dan
rindu sekali sapaan Assalamualikum khas kau, tu?

Mus, maafkan kawan-kawan disini
yang masih sibuk dengan masa depan
dan cuma bisa menampung beberapa ratus ribu untuk di sumbang
Padahal kalian semua berkubang dengan getir
yang entah di aksara mana bisa ku setarakan padanan nya

Mus. Dimana kau?
Lekas pulang dan imami kami.
Musholla kampus rindu caramu mengaji..