Sejarah dan Anak Muda

Dunia muda konon selalu asyik untuk dijaring. Sekolah, kuliah terlalu rumit untuk cuma dijadikan tempat belajar. Makin menarik jika dijadikan tempat bermenung-menung, menimba kenangan. Disini mungkin tidak akan merubah apa-apa kecuali: sejarah, anak muda dan cinta.

Monday, September 27, 2004

Siapa mencipta isyarat?

Sebuah kopi yang diseduh
adalah sebuah isyarat.
lalu pagi dan matahari adalah pena
adalah gerak yang musti tercatat.

Siapa yang mecipta isyarat?
Menabuh daun-daun dengan suara gaduh?
Di sebrang kamar
diantara deretan pohon jambu dan semak-semak
Siapa mencipta isyarat?
Diantara getir kesendirian
siapa menangis bersama gemeratak patahan ranting?
Siapa mencipta isyarat?


Ada saatnya

Ada saatnya untuk memahami benak
memahami pertarungan panjang tanpa pemenang
baiknya kita memang cuma berdiri disebuah garis
diluar
selalu benak punya kendali
Saatnya pertarungan usai
akan ada yang pergi diam-diam.

Ada saatnya menjadi bijak dengan tidak bertanya
kenapa gerimis hari ini turun dengan begitu ritmis?
Karena kesendirian tidak harus selalu dipertanyakan toh?

Saat yang tepat untuk berpisah selalu ada.
Selalu ada. Seperti dalam sebuah perjalanan kereta
selalu ada saatnya berhenti pada tujuan.
Karena jikapun tidak,
selalu ada stasiun paling akhir
yang menggagalkan tujuan mu kemana saja.

3 Comments:

  • At 8:46 AM, Blogger astitpramadani said…

    puisi bagus, boleh kukutip gak?

     
  • At 6:00 PM, Blogger OW Batik! said…

    puisinya sedih...but somehow, i enjoy it very much..tq for the nice comments ya pak! GBU!!

     
  • At 9:14 AM, Blogger Duapuluhsenja said…

    Dear Astradewangga,

    Kesendirian punya teman setia yg selalu memikat: Gerimis, hujan dan senja yang nyaman.

    Mbak Astra, juga punya puisi seperti demikian yg memikat di DuniaHalimun.

     

Post a Comment

<< Home