Aku cuma seorang pengembara dari gurun-ke gurun,
menunggu hujan dari angin yang bertipu kencang
Aku cuma pengembara yang melintas padang gersang tak bertuan.
Hidup dengan oase dan gelisah mimpi
Aku cuma pengembara yang ingin singgah
pada mata air yang mengalir
membasuh muka,
dahaga dan
kering kata-kata
1
Tubuhmu adalah lekuk-lekuk rahasia
adalah gurindam dan sajak yang belum selesai
Biarkan aku memelukmu dengan pena dan cinta
agar ku gores ribuan kata dan sajak tak bersudah
Biarkan aku bernyanyi di dadamu yang perih
menyanyat biola dan membiarkan kunang-kunang bertelur disana.
2
Cuma mata yang berkilat
tapi kulihat ada api dan hutan-hutan terbakar
Kekasih,
Musim apakah ini?
Jika hujan mulai turun, dan ini Oktober
maka biarkan kita menari hingga senja tiba
hingga hutan terbakar dimatamu
meredup
mari sudahi semua dengan
kabut, embun, uap
dan
hangat bibirku
1 Comments:
At 11:50 AM, hes said…
OMERTA
:ini kehormatanku mana kehormatanmu
karena tangis dari gelak yang perih
karena dilema mencengkerammu
karena setiap kalimat luruh jadi jelaga
karena rahasia terkunci dalam ucap
karena katakata tertahan geram dan lelah
karena kenangan konon hanya rangkaian peristiwa
karena memori mudah terkikis
karena omerta:jangan bilang siapasiapa
aku menutup mulutku dari sejarah yang didengungkan
Post a Comment
<< Home