Sejarah dan Anak Muda

Dunia muda konon selalu asyik untuk dijaring. Sekolah, kuliah terlalu rumit untuk cuma dijadikan tempat belajar. Makin menarik jika dijadikan tempat bermenung-menung, menimba kenangan. Disini mungkin tidak akan merubah apa-apa kecuali: sejarah, anak muda dan cinta.

Monday, March 29, 2004

Petang di Padjadjaran
Kpd: Wh

Pryangan memanggil-manggil
mojangnya sudah berdandan nan elok
senja akan turun di dago
malam mungkin akan menggelontor seribu kenangan
Bau jagung bakarnya, ah,
terhirup juga sampai ke sini, kawan.

Jejalan kafe mungkin cuma sebaris karnaval malam
di Dago.
Mojangnya sedang asyik merumpi:
Jejakanya tampan-tampan dalam semburan kabut
sehabis berintik-rintik hujan. Menyulut rokok.
Menebar asap dan wangi parfum.

bulan yang mengintip di Cihampelas
jatuh redup selepas rerimbunan daun yang bolong-bolong
malam tak akan larut di sini.
Musik, apalagi
kian hidup dan menanjak tinggi hingga subuh merayap.

Jalan-jalan ke Boscha.
Mengepak ransel dan janji berpetualang ala Sherina.
Ha ha ha, tertawa dalam gerimis yang manja.
Di Bandung. Di Boscha.

Di Bogor. (Ini bukan di Bandung, jelas!)
Nasib digantung. Penat dikubur.
Menyanyi-nyanyi dari kamar kecil yang pengap.
Membayangkan saja : senyum mojang Pryangan

Thursday, March 18, 2004

Jika

Sepotong sajak untuk wicak
Jika ini cuma mimpi,
maka seperti yang selalu kukatakan setiap pagi;
teruslah bermimpi
siapa tahu besok, pagi tak pernah muncul lagi.

Jika kau terkulai lagi karena mimpi,
seperti yang selalu kukatakan dalam puisi;
bergegaslah bangun
karena kenyataan tak seburuk kau duga

Wednesday, March 10, 2004

ini jelaga:

Ini jelaga hitam yang mengusung perapian sejarah. Membuat petak-petak ceritanya sendiri. Yang memasung untuk diam dan melihat titik-titik. Oh betapa indah jelaga. Ku bisa diam dan tak berkaca lagi. Sebab berkaca makin bingunglah karena hitam dimana-mana.

Oi, duka. Jika lara adalah pecut untuk lari darimu. Maka pecutlah aku kuat-kuat. Rangkul lah aku dengan kesakitan mendera. Biar makin sedih, dan keram bibir ini oleh teriak sakit. Tapi esok mungkin kan santai ku senyumi dunia : sebebas kenari meliuk pada sebuah klausul dunia.

Oi, awan. Jika hujan adalah isyarat. Maka cepat kirimi petir kuat-kuat. dan aku tak akan lari. Jutaan volt yang kau aliri biar ku teruskan ke bumi. Maka nanti aku tak lagi berbaring lemah. Berdiri, menerjang badai berputar-putar sekalipun.

Fatique

Ekor awan yang kau tangkap
lepas lagi.
Ini memang musim hujan
tapi kau menggigil kemarauFatiq.

Ini jalan panjang
penuh jebakan seperti sahara yang mematikan
tapi kau bertekad bulat
mengarungi sendiri
tanpa hujan dan awan
Fatiq.

Ekor awan yang kau tangkap
lepas lagi.
kau tahu ini kemarau
tapi kata kau: semoga musim lekas berganti.
Fatiq.

Bogor, 04
Ini luka namanya

basah dan dingin, airmatamu mengalir pelan.
ini air mata duka atau luka?
sama saja, tak perlu ditanya
Air mata lalu jatuh dibalutan luka (nah, luka kata ku!)
luka yang belum kering
dingin, nyaman dan perih.
adakah kau tahu rasanya luka?

ini luka kerna irmata
tajam dan merobek daging putih berbalut darah
biar saja mengalir diantara sobekan itu
biar makin meradang dijangkiti virus-virus rindu yang tak bernama

biar kau balut dengan apa juga
ini biarlah terus luka apa adanya
biar kau tutup dengan apa pun jua
ini biarlah luka namanya

Bogor, 04
Catatan

Tahun 2004.
Catatan di buka lagi
kita musti tulisi apa?
Janji untuk lebih baik dari kemarin
ah, apa iya?
aku tidak lebih baik dari kemarin
bahkan tak janji juga tuk lebih baik esok hari
Jika hari ini masih sama dengan kemarin
itu lebih baik
Kemarin ada kau
hari ini?
jika kau masih ada
bukankah itu lebih baik?

(hatta, 03.03.04)